MAKALAH MEDICAL SURGICAL NURSING
“LUKA BAKAR”
Disusun oleh:
Ollyvia Vena Virgia 462014004
Latius Lepki 462014043
Murtiyati Jarawoli 462014060
Simon Petrus Balamu 462014067
Sherly Yoel 462014084
Injilina Luzia Pattynasarany 462014016
Tri Margiyani 462014028
Rivan Riyanto Nubatonis 462014036
Jeczen Norisan Turege 462014048
Linda Marjulen I Yaku 462014081
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan Sejumlah fungsi organ tubuh dapat ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi otot,tulang, saraf, dan pembuluh darah. Sistem pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya penyumbatan udara, gagal nafas dan henti nafas. Karena luka bakar mengenai kulit, maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit normal tubuh, temperatur tubuh,pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi, dan penampilan fisik.
Pasien luka bakar yang selamat akan mendapat jaringan parut, infeksi, kehilangan tulang dan massa otot, penyembuhan luka yang buruk,serta penyembuhan yang lama. Kehilangan jaringan kulit menyebabkan regulasi panas dan penyembuhan luka menjadi lebih sulit,. Luka bakar kecil juga menyebabkan morbiditas yang signifikan, seperti hilangnya fungsi tangan atau kecacatan pada wajah. Sebagai tambahan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan oleh luka bakar, pasien juga bisa menderita permasalahan psikologis dan emosional yang dimulai sejak peristiwa terjadi dan bisa bertahan dan berlangsung untuk jangka waktu yang lama.
Berdasarkan data dari National Burn Information Exchange menyatakan bahwa sebanyak 75 % semua kasus cidera luka bakar, terjadi didalam lingkungan rumah. Di Inggris, data diperoleh dari rumah sakit anak, selama satu tahun terdapat sekitar 50.000 pasien luka bakar dimana 6.400 diantaranya masuk ke perawatan khusus luka bakar. Di Indonesia belum ada laporan tertulis. Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada tahun 1998 melaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka kematian 37,38 %, sedangkan di Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya terdapat 106 kasus luka bakar yang menjalani perawatan di instalasi rawat inap pada tahun 2000, dengan angka kematian 26,41%. Selanjutnya di RS Pusat Pertamina pada 2007, terdapat pasien luka bakar rata-rata sebanyak 40 penderita pertahun yang dirawat di unit luka bakar. Dari jumlah tersebut yang masuk dalam kategori luka bakar berat sekitar 21 %, dengan angka kematian berkisar 40-50%
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat trauma panas, elektrik, kimia dan radiasi (Smith, 1998).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi dan radiasi elektromagnetic. (Effendi.C, 1999).
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun tidak langsung pada jaringan kulit yang tidak menutup kemunginan sampai ke organ dalam, yang disebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu api, air atau uap panas, bahan kimia,radiasi, arus listrik, dan suhu sangat dingin. Sedangkan menurut Moenajat (2001), luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Jadi luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia, elektrik maupun radiasi.
- Presentasi area atau luas luka bakar pada permukaan tubuh
- Kedalaman luka bakar
- Anatomi luka bakar
- Usia klien
- trauma yang menyertai
Metode Rule of Nines untuk menentukan daerah permukaan tubuh total
(Body surface Area : BSA) untuk orang dewasa adalah :
- Kepala dan leher : 9%
- Ekstremitas atas kanan : 9%
- Ekstremitas atas kiri : 9%
- Ekstremitas bawah kanan : 18%,
- Ekstremitas bawah kiri : 18%
- Badan bagian depan : 18%
- Badan bagian belakang : 18%
- Genetalia : 1 %
Sedangkan rumusa ‘Rule of Nine’ atau ‘Rule of Wallace’ pada anak-anak yaitu:
- Kepala dan leher : 18 %
- Lengan masing-masing 9% : 18 %
- Badan depan 18%, badan belakang 18 % : 36 %
- Tungkai masing-masing 13,5% : 27 %
- Genetalia/perineum : 1 %
Klasifikasi luka bakar berdasarkan kedalamannya dibagi menjadi :
1. Luka bakar derajat 1
karakteristik luka bakar derajat 1:
a.Kedalaman : ketebalan partial superfisial, hanya mengenai lapisan epidermis.
b.Luka tampak berwarna pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).
c.Kulit tampak memucat bila ditekan.
d.Edema minimal
e.Tidak ada blister
f.Terasa nyeri
g.Dapat sembuh spontan kurang leih 3-7 hari.
2. Luka bakar derajat 2
Dibedakan menjadi 2 yaitu superficial partial thickness dan deep partial thickness.
karakteristik luka bakar derajat 2:
Kedalamannya : lebih dalam dari ketebalan pasrtial dan superfisial dalam.
Penyebabnya: kontak dengan bahan air atau bahan padat, jilatan api pada pakaian, sentuhan langsung bahan kimia atau sinar ultra violet.
Penampilan : terdapat gelembung (blister /bula) besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar dan pucat bila ditekan dengan ujung jari, bila gelembung pecah maka akan terlihat kulit berwarna kemerah-merahan.
Warna : berbintik-bintik yang kurang jelas, putuh, coklat, pink atau merah coklat.
Perasaan : sangat nyeri
Waktu penyembuhan: superficial partial thickness ± 14-21 hari dan deep partial thickness ±21-28 hari.
3. Luka bakar derajat 3
Karakteristik luka bakar derajat 3:
Kedalamannya : mengenai semua lapisan kulit, lemak subkutan dan dapat juga mengenai perukaan otot, persarafan dan pembuluh darah, serta tulang.
Penyebab : kontak dengan bahan cair atau padat, jilatan api pada pakaian, sentuhan langsung bahan kimia, maupun kontak dengan arus listrik.
Penampilan : luka bakar tampak kering disertai kulit mengelupas dengan tekstur kasar atau keras, pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas, jarang ada gelembung, dinding sangat tipis, tidak membesar dan tidak pucat bila ditekan. Luka taampa bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam dan terdapat edema.
Sensasi nyeri: sedikit nyeri atau bahkan tidak terasa nyeri karena serabut-serabut saraf telah rusak, dan rambut mudah lepas bila di cabut.
Waktu penyembuhan : sulit terjadi penyembuhan luka secara spontan, dengan waktu penyembuhan sekitar 3-5 bulan serta memerlukan trasplantasi kulit.
B. FISIOLOGI
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan.
Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
1. Lapisan epidermis, terdiri atas:
Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk.
2. Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)
Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).
Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.
3. Jaringan subkutan atau hipodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
Kelenjar Pada Kulit, kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Kelenjar keringat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelenjar ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin ditemukan pada semua daerah kulit. Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum dan labia mayora.
C.ETIOLOGI
Menurut Abdul M dan Agus Sarwo P (2013), luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah:
1. Suhu Tinggi
Luka bakar karena panas (suhu tinggi) merupakan luka bakar yang disebabkan karena terpapar atau kontak dengan api, cara panas atau objek-objek panas lainnya seperti gas dan bahan padat.
2. Bahan Kimia
Adanya kontak jaringan kulit dengan asam atau basa kuat (zat kimia). Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya cidera karena zat kimia.
3. Sengatan Listrik
Adanya kontak antara tubuh manusia dengan energi listrik. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh karena tubuh terpapar dengan sumber radioaktif.
D. MANIFESTASI KLINIK
Berat ringannya luka bakar tergantung pada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka bakar.
1. Luka bakar derajat 1
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih dan belum terbentuk bula.
2. Luka bakar derajat 2
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tempak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.
3. Luka bakar derajat 3
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan. Jaringan yang terbakar bisa mati. Jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka cairan akan merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan. Pada luka bakar yang halus, kehilangan sejumlah besar cairan karena perembesan tersebut bisa menyebabkan terjadi syok. Tekanan darah sangat rendah yang mengalir ke otak dan organ lain sangat sedikit.
E. PATOFISIOLOGI
Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolik akan berkembang lebih cepat. Dalam beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin sebagai akibat dari refleks yang berlebihan serta pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas miokardium tidak mengalami gangguan. Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh darah meningkat, sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh darah masuk ke dalam jaringan interstisial, baik dalam tempat yang luka maupun yang tidak mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam 12 jam pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan.
Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal. Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal.
PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar
yaitu :
Laboratorium
Hitung darah lengkap : Hb(Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.
GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan, kurangdari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungandengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edem cairan.
BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.
EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain adalah terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topical. Pemberian obat-obatan topical anti mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi akan menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan memberikan obat-obatan topical secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih menjadi penyebab kematian pasien.( Effendi. C, 1999).
Pedoman pemberian cairan
Per oral
Penderita dengan luka bakar tak luas (< 15% grade II)
Infus (IVFD) : pada luka bakar > 15%
Rumus pemberian cairan dan elektrolit (Baxter / Parkland 1968)
RL = 4cc X BB X %LB
½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam 1 post trauma
½ jumlah cairan diberikan dalam 16 jam berikutnya
Untuk luka bakar > 50%
Diperhitungkan = luka bakar 50%
Dewasa :
Hari 1 : Rl = 4cc X BB X %LB
Setelah 18 jam : dextran 500-1000cc, bila pasase usus baik (bising usus +) ( oral dimulai
Hari ke II : sesuai kebutuhan dan keadaan klinis penderita
Anak – anak :
Resusitasi : 2cc X BB (kg) X %LB = A cc
Kebutuhan faali :
< 1 th : BB X 100cc
1-3 th : BB X 75cc = B cc
3-5 th : BB X 50cc
Kebutuhan total = ( resusitasi + ( faali = A + B
Diberikan dalam keadaan tercampur
RL : dextran : 17 : 3
8 jam I : ½ (A + B) cc
16 jam II : ½ (A + B) cc
2. Skin graft
Skin graft adalah tindakan mengambil/memindahkan sebagian kulit dari daerah yang tidak cedera (uninjured area) ditubuh, ke daerah tubuh yang terluka. Dengan kata lain, skin graft adalah tindakan pencangkokan kulit. Kulit yang diambil pada daerah yang tidak cedera disebut juga situs donor. Tindakan ini biasanya dilakukan dalam berbagai situasi klinis, seperti luka traumatis, cacat akibat reseksi onkologi (pengangkatan tumor), rekonstruksi luka bakar, konginital, dan vitiliigo (kulit kehilangan melanin. Skin graft biasanyadigunakanpadakasus-kasussepertiluka bakar yang luas (lukabakarderajattiga) (Shimizu & Kishi, 2012)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Identitas (Data Biografi)
Identitas pasien biasanya terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, suku/bangsa, golongan darah, alamat, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnose medis, dan nomor registrasi.
Keluhan utama
Nyeri
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat Penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan penyakit terdahulu untuk memperlancar tindakan penanganan yang saat ini.
Riwayat psikososial
Meliputi perasaan terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang digunakan.
Pemeriksaan TTV yang meliputi suhu, nadi, tekanan darah, respirasi dan nyeri.
Pemeriksaan Head to too yang meliputi ujung rambut sampai ujung kaki.
ANALISA DATA
Meliputi :
Data Subjektif : merupakan data yang diperoleh dari keluhan pasien/keluarga.
Data Objektif : merupakan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial dan edema mukosa dan hilangnya kerja silia.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui melalui rute abnormal.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit / jaringan.
Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah arteri/vena.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma atau kerusakan permukaan kulit.
Gangguan body image: peran diri berhubungan dengan krisis situasi, kejadian traumatik.
Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan dengan salah informasi.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
1
Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial dan edema mukosa dan hilangnya kerja silia.
Bersihan jalan nafas tetap efektif. Kriteria hasil: bunyi nafas vesikuler, RR dalam batas normal, bebas dispnoe atau sianosis
Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher ekstensi jika memungkinkan.
lakukan terapi dada jika memungkinkan.
keluarkan lendir dengan suction.
identifikasi pasien secara aktual atau potensial untuk membebaskan jalan nafas.
2
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal.
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam cairan menjadi adekuat.
Kriteris Hasil:
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Awasi pengeluaran urin dan berat jenisnya
Observasi adanya distensi abdomen, hematomesis.
Monitor status hidrasi(kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik).
Monitor TTV
Kolaborasi cairan IV
3
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
Setelah dilakukan tindakan 2x24, tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan jaringan nekrotik.
Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lalukan kewaspadaan untuk luka bakar luas
Berikan diet tinggi protein dan tinggi kalori
Berikan terapi antibiotik bila perlu ( proteksi terhadap infeksi)
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawata
4
Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit / jaringan.
Pasiendapatmendemonstrasikanhilangdariketidaknyamanan.
Kriteriaevaluasi: menyangkalnyeri, melaporkanperasaannyaman, ekspresiwajahdanposturtubuhrileks.
Lakukanpengkajiannyerisecarakomprehensif, durasi, frekuensi, kualitasdan factor presipitasi.
Gunakanteknikkomunikasiterapeutikuntukmengetahuipengalamannyeripasiensebelumnya.
Kontrol factor lingkungan yang mempengaruhinyerisepertisuhuruangan, pencahayaan, kebisingan.
Ajarkantekniknonfarmakologis (relaksasi, distraksidll) untukmengatasinyeri.
Berikananalgeikuntukmenguranginyeri (kolaborasidengandokter).
5
Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah arteri/vena.
Pasienmenunjukkansirkulasitetapadekuat.
Kriteriaevaluasi: warnakulit normal, tidakkebasdankesemutan, nadiperiferdapatdiraba.
Untuklukabakar yang mengitariekstermitasataulukabakarlistrik, pantau status neurovaskulardariekstermitassetaip 2 jam.
Pertahankanekstermitasbengkakditinggikan.
Beritahudokterdengansegerabilaterjadinadiberkurang, pengisiankapilerburuk, ataupenurunansensasi.
Siapkanuntukpembedahaneskarotomisesuaipesanan.
6
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan terjadi peningkatan ambulasi : tinggat mobilisasi, perawatan diri dengan kriteria hasil :
Peningkatan aktifitas fisik.
Terapi ambulasi
Kaji kemampuan pasien dalam melakukan ambulasi
Kolaborasi dengan fisioterapi untuk perencanaan ambulasi
Latih pasien ROM pasif-aktik sesuai kemampuan
Ajarkan pasien berpindah tempat secara bertahap
Evaluasi pasien dalam kemampuan ambulasi
Pendidikan kesehatan
Edukasi pada pasien dan keluarga pentingnya ambulasi dini
Edukasi pada pasien dan keluarga tahap ambulasi
Berikan reinforcement positif pada pasien.
7
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma atau kerusakan permukaan kulit.
Setelahdilakukantindakankeperawatan ……..
Dengankriteriahasil :perfusijaringan normal, ketebalandanteksturjaringan normal, menunjukkanpemahamandalam proses perbaikkankulitdanmencegahterjadinyacideraberulang, menunjukkanterjadinya proses penyembuhanluka.
Anjurkanpasienuntukmenggunakanpakaian yang longgar.
Berikanposisi yang mengurangitekananpadaluka.
Cegahkontaminasifesesdanurin.
8
Gangguan body image: peran diri berhubungan dengan krisis situasi, kejadian traumatik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat menyesuaikan dirinya dengan kondisi yang ada.
Kriteria Hasil:
Penerimaan diri yang positif, dan dapat mempertahankan interaksi sosial
Kaji secara verbal dan non-verbal respon klien terhadap tubuhnya.
Monitor frekuensi mengkritik diri.
Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan, dan prognosis penyakit.
Dorong klien mengungkapkan perasaannya.
Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil.
9
Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan dengan salah informasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien dapat mengetahui tentang proses penyakitnya.
Kriteria Hasil:
Pasien dan keluarga menyatakan paham tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan.
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan prosedur yang dijelaskan secara benar.
Berikan penilayan tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penykait, dengan cara yang cepat.
Gambarkan proses penyakit
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi.
Sediakan bagi keluaraga informasi tentang kemajuan pasien
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan proses pengotrolan penyakit.
Diskusi pilihan terapi atau penanganan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid dan Agus Sarwo P. 2013. Buku Pintar Perawatan Pasien Luka Bakar. Yogyakarta. Penerbit Gosyen Publishing.
Smeltzer dan Bare. 2002. Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. Philadelpia.
Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC. Jakarta. p 66-88
David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam : Surabaya Plastic Surgery.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Edisi 3.Jakarta : EGC.
Effendi, C. (1999). Perawatan Pasien Luka Bakar. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Shimizu R dan Kishi K. 2012. Skin Graft. Plastic Surgery Internatonal.
Yefta Moenadjat, dkk : Luka Bakar, Edisi I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2008.